Kategori

Sabtu, 30 April 2016

Kuburan Belanda : Kerkhoff dan Meurah Pupok

Sejarah mencatat bahwa Belanda memiliki pengalaman pahit di masa lalu ketika mereka ingin menaklukkan Aceh. 
Bukti sejarah bahwa kita masih bisa melihat hari ini adalah kompleks pemakaman militer Belanda di Banda Aceh.


Kerkoff Peutjut adalah kuburan tentara Belanda yang tewas dalam Perang Aceh. 
Pemakaman ini tersebar luas di Indonesia, salah satunya terletak di kota Banda Aceh, dan itu menjadi atraksi yang menarik bagi orang asing (terutama wisatawan dari Belanda).


Pada cemetry ini, telah terkubur sekitar 2.000 tentara Belanda, termasuk tentara dari Jawa, Batak, Ambon, Madura dan beberapa tentara lain yang thr anggota Angkatan Bersenjata Hindia Belanda. 
Kubur masih diperlakukan dengan baik. Hingga kini, Pemerintah Belanda sangat tersentuh dan menghormati warga Banda Aceh yang merawat makam dengan baik. 
Sulit untuk percaya untuk sebuah bangsa yang dijajah mengurus makam penjajah.

Kerkhoff merupakan kuburan militer Belanda yang terletak di luar Belanda dan merupakan yang terbesar di dunia. 
Dalam sejarah Belanda, Perang Aceh adalah perang paling pahit yang melebihi pengalaman pahit mereka selama Perang Napoleon.

Namun dari ribuan makam berwarna putih yang tampak sangat terawat dan bersih tersebut, di bagian timur kompleks makam terdapat pemandangan lain. 
Di bawah sebatang pohon yang rimbun terdapat tiga buah makam dengan kondisi memprihatinkan. 
Rumput-rumput ilalang tampak tumbuh berantakan. Di areal kerkhoff ini terdapat makam Meurah Pupok, dibawahnya terdapat penjelasan mengenai siapakah Meurah Pupok ini: 
Terkenal dengan sebutan Peutjut, menurut sejarah Meurah Pupok adalah putera Sultan Iskandar Muda. 
Karena suatu “kesalahan” sultan menghukum sendiri puteranya ini. Sering disebut Pocut (anak kesayangan) kemudian berubah menjadi Peutjut. 
Pada saat Sultan akan menghukum putranya inilah lahir ungkapan “Mate Aneuk Meupat Jirat, Gadoh Adat Pat Tamita” yang artinya adalah Jika anak meninggal masih ada kuburan yang bisa dilihat, 
sedangkan jika adat yang hilang, hendak kemana kita mencarinya. 

Ungkapan ini menunjukan betapa adilnya Sultan Iskandar Muda dalam pelaksanaan hukum Islam yang bahkan dilaksanakan kepada anak lelaki tunggal tersayang. 
Rasulullah pernah berkata "Demi Allah! Kalau sekiranya Fatimah binti Muhammad yang mencuri, pasti akan kupotong tangannya" (Riwayat Bukhari). 
Kunjungan sejenak ke Kerkhoff Peucut ini memberi kita suatu pelajaran dan tauladan yang sangat mengharukan, yaitu ketegasan sultan dalam menerapkan hukum yang seadil-adlinya bahkan terhadap puteranya sendiri. 
Dalam bahasa jamee juga ada ungkapan yang hampir sama, ungkapan ini merupakan sebuah bait dari lagu nina bobo masyarakat suku jamee. 
“Hilang ameh dapek ditimbang hilang anak koma di cai” yang berarti hilang emas bisa ditimbang, hilang anak mau cari kemana. 
Ah, begitu memorial ditelingaku jika dibacakan bait ini. Benar-benar terasa bagaimana besarnya kasih orang tua terhadap anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar